Soal 1 Soal dan Penyelesaian Pertukaran Aset Tetap

SOAL:
Pada tanggal 1 Mei 2012, PT. Jasakarga sebuah perusahaan pengangkutan barang (kargo) yang berlokasi di Jakarta, membeli sebuah truk dengan harga faktur Rp 400.000.000 dan biaya balik nama sebesar Rp 36.000.000, biaya pemasangan bak tertutup sebesar Rp 40.000.000, serta komisi perantara sebesar Rp 4.000.000. Truk ini direncanakan akan digunakan selama 8 tahun atau 35.000 jam kerja. Dalam waktu 8 tahun itu, kendaraan tersebut diperkirakan akan menempuh jarak 700.000 km. Pada akhir tahun ke 8, kendaraan tersebut diperkirakan akan dapat dijual seharga Rp 60.000.000

a. Buatlah jurnal transaksi pembelian kendaraan tersebut.
b. Hitung dan jurnal lah beban penyusutan kendaraan tersebut pada tahun 2012 dengan menggunakan metode garis lurus.
c. Hitung dan jurnal lah beban penyusutan kendaraan tersebut pada tahun 2012 dengan menggunakan metode jam jasa, jika pada tahun 2012, yaitu sejak awal mei hingga akhir desember 2012, kendaraan tersebut digunakan rata-rata selama 260 jam perbulan.
d. Hitung dan jurnal lah beban penyusutan kendaraan tersebut pada tahun 2012 dengan menggunakan metode hasil produksi, jika pada tahun 2012 yaitu sejak awal mei-desember 2012, kendaraan tersebut rata-rata menempuh jarak 6.500 km perbulan.
e. Jika pada awal tahun 2014 kendaraan tersebut dijual dengan harga Rp 345.000.000 catatlah transaksi penjualan itu, jika penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
f. Jika pada awal tahun 2014 kendaraan tersebut tidak dijual tetapi ditukar dengan kendaraan baru seharga Rp 500.000.000 dan PT Jasakarga kargo masih harus menambah uang tunai sebesar Rp 112.000.000 catatlah transaksi pertukaran tersebut, jika penyusutan mesin menggunakan metode hasil produksi.
g. Jika pada awal tahun 2014 kendaraan tersebut ditukar dengan ruko baru seharga Rp 450.000.000 dan perusahaan masih harus menambah uang tunai sebesar Rp 155.000.000, catatlah transaksi pertukaran tersebut, jika penyusutan mesin menggunakan metode jam jasa.

PENYELESAIAN
a. Jurnal transaksi pembelian kendaraan
- Harga sesuai faktur     = Rp  400.000.000
-Biaya balik nama         = Rp    36.000.000
-biaya pemasangan bak =Rp     40.000.000
-Komisi perantara          =Rp       4.000.000
Harga Perolehan            =Rp    480.000.000

Jurnalnya:
Kendaraan       Rp 480.000.000
    Kas (Bank)       Rp 480.000.000

b. Beban penyusutan kendaraan pada tahun 2012 dengan metode garis lurus:

Penyusutan  = (480.000.000-60.000.000)/8
                    =52.500.000 per tahun
Karena mesin tersebut dibeli pada tanggal 1 Mei 2012, maka penyusutan di tahun 2012 adalah 8/12 x Rp 52.500.000 = Rp 35.000.000

Beban penyusutan kendaraan   Rp 35.000.000
     Akumulasi penyusutan kendaraan        Rp 35.000.000

c.Beban penyusutan kendaraan pada tahun 2012 dengan metode jam jasa:

Penyusutan= (480.000.000-60.000.000)/ 35.0000 Jam kerja
                  = Rp 12.000 per jam kerja

Selama tahun 2012 (Mei-Des) kendaraan tersebut digunakan rata-rata per bulan 260 jam kerja perbulan maka beban penyusutan adalah (360 jam x 8) x 12.000 = Rp 34.560.000

Jurnalnya:
Beban penyusutan kendaraan  Rp 34.560.000
   Akumalasi penyusutan kendaraan  Rp 34.560.000

d. Beban penyusutan kendaraan pada tahun 2012 dengan metode hasil produksi:
Penyusutan = (480.000.000-60.000.000)/ 700.000 Km
                    = Rp 600 per KM
Selama tahun 2012 (Mei-Des) kendaraan tersebut rata rata menempuh jarak 6.500 km perbulan maka beban penyusutan adalah (6500 km x 8) x 600= Rp 31.200.000

Jurnalnya:
Beban penyusutan Kendaraan    Rp 31.200.000
      Akumulasi penyusutan kendaraan    Rp 31.200.000

e. Jika kendaraan di jual per 1 Jan 2014 dan penyusutannya menggunakan metode garis lurus, perhitungannya adalah:
- Harga jual                                                                           Rp 345.000.000
-Harga perolehan                      Rp 480.000.000
-Akumulasi penyusutan:
  • 2012                                (Rp 35.000.000)
  • 2013                                (Rp 52.500.000)
-Nilai buku per 1 Jan 2014                                                   (Rp 392.500.000)
-Rugi penjualan kendaraan                                                   (Rp   47.500.000)
Jurnalnya:
kas (bank)                           Rp 345.000.000
Akumulasi penyusutan       Rp 87.500.000
Rugi penjualan kendaraan  Rp 47.500.000
                         Kendaraan           Rp 480.000.000

f. Jika kendaraan ditukar dengan kendaraan baru per tanggal 1 Januari 2014 dan penyusutannya menggunakan metode hasil produksi, perhitungannya adalah:

-Harga Kendaraan baru                                                 Rp 500.000.000
-Harga kendaraan lama                     Rp  480.000.000
- Akumulasi Penyusutan
  • 2012                                       (Rp 31.200.000)
  • 2013 (6.500x12) x Rp 600     (Rp 46.800.000)
-Nilai buku per 1 Januari 2014                           Rp 402.000.000
- Pengeluaran tunai tambahan                             Rp 112.000.000
- Pengeluaran total                                                           (Rp 514.000.000)
-Rugi pertukaran mesin                                                    ( Rp  14.000.000)                             

Jurnalnya:
Kendaraan Baru                    Rp 500.000.000
Akumulasi penyusutan          Rp   78.000.000
Rugi penjualan kendaraan     Rp   14.000.000
      Kendaraan (lama)                         Rp 480.000.000
      Kas (Bank)                                    Rp 112.000.000

g. Jika kendaraan ditukar dengan kendaraan baru per tanggal 1 Januari 2014 dan penyusutannya menggunakan metode jam jasa, perhitungannya adalah:

- Harga ruko baru                                                        Rp 450.000.000
- Harga Kendaraan lama          Rp 480.000.000
- Akumulasi penyusutan:
  • 2012                              (Rp   34.560.000)
  • 2013 (360x12)x12.000 (Rp    51.840.000)
- Nilai buku per 1 Januari 2014                   Rp 393.600.000
- Pengeluaran tunai tambahan                      Rp 155.000.000
- Pengeluaran total                                                       (Rp 548.600.000)
- Rugi pertukaran mesin                                               (Rp   98.600.000)

Jurnalnya:
Bangunan (ruko)                        Rp 450.000.000
Akumulasi penyusutan               Rp   86.400.000
Rugi penjualan kendaraan          Rp    98.600.000
       kendaraan                                         Rp 480.000.000
       Kas (Bank)                                       Rp  155.000.000

Apa Indeks itu?

Seringkali kita mendengar istilah indeks. Apa sebenarnya indeks itu? Indeks adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari sekumpulan saham. Pergerakan indeks mewakili bagian dari pergerakan pasar secara keseluruhan.

Nilai indeks dipengaruhi oleh harga saham-saham yang berada di dalam portfolio indeks tersebut dan bobot masing-masing saham. Semakin banyak saham yang beredar dan semakin besar nilainya, semakin besar bobot saham tersebut dalam mempengaruhi pergerakan indeks.

IHSG merupakan indeks utama yang menjadi indikator pergerakan saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh saham- saham berkapitalisasi besar, yang seringkali disebut index mover  atau saham penggerak indeks. Beberapa contoh saham berkapitalisasi besar penggerak indeks adalah UNVR, BBRI, BBCA, BMRI, ASII, SMGR. Tidak semua saham naik ketika IHSG naik. Demikian pula ketika IHSG turun tidak semua saham turun. Saham-saham yang bergerak berlawanan dengan gerak IHSG ini biasanya merupakan saham berkapitalisasi kecil yang bukan merupakan penggerak indeks, yang sering kali bergerak karena "digoreng'.

Beberapa indeks yang menjadi bagian dari Indeks Harga Saham Gabungan antara lain:

1. Indeks Sektoral, yaitu indeks yang mewakili pergerakan sekumpulan saham dari sektor tertentu. Contoh: sektor pertambangan, agrikultur, industri dasar dan kimia, aneka industri, barang konsumsi, properti, infrastruktur, utilitas, transportasi, finance, perdagangan, jasa, dan investasi.

Sangat penting bagi seorang trader dan investor untuk memahami tren sektoral yang sedang berjalan saat ia akan membeli sebuah saham. Salah menentukan timing dan sektor akan berakibat timbulnya kerugian dan memakan waktu lama untuk kembali ke posisi semula. Sebagian contoh, pada 2006-2007 sektor pertambangan dan energi sedang dalam masa jaya. Ketika itu, investor saham dan investor reksadana yang membeli produk investasi berbasis saham sektor pertambangan akan untung besar. Namun jika investor membeli saham pertambangan dan energi pada awal 2008, sektor pertambangan dan energi terpuruk karena perlambatan perekonomian.

2.Indeks LQ45, yaitu indeks yang menjadi indikator pergerakan 45 saham yang dipilih berdarsarkan likuiditas, kapitalisasi, dan frekuensi transaksi yang terbesar di Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45 ini dinilai ulang setiap 6 bulan sekali. Saham yang masuk dalam kategori ini harus sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia paling tidak 3 bulan. Selain itu saham yang tergabung dalam LQ45 harus masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler selama 12 bulan terakhir dan merupakan saham berkapitalisasi terbesar selama 23 bulan terakhir. Indeks LQ45 diperbarui pada bulan februari dan agustus setiap tahun. Untuk mengetahui update an terbaru saham LQ45 bisa cek pada website resmi idx.co.id.

3. JII (Jakarta Islamic Index) yang terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariat islam. Syarat pemilihan saham pada umumnya sama dengan LQ-45, namun lebih ditekankan pada jenis usaha emiten yang tidak boleh bertentangan dengan syariat islam, seperti bukan usaha yang tergolong judi, lembaga keuangan konvensional, bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang tergolong haram, dan bukan bukan usaha yang yang memproduksi, mendistribusikan, atau menyediakan barang atau jasa yang merusak moral. Saham-saham dalam indeks ini mempunyai keistimewaan, yaitu perusahaan yang memiliki tingkat utang yang rendah, sehingga risiko dalam berinvestasi pun menjadi semakin terkendali.

4. Indeks SRI Kehati, yaitu indeks 25 yang mencerminkan pergerakan saham yang tergolong mendukung atau ramah terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati indonesia. Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment.  Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan yang menjalankan tata kelola perusahaan baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan yang tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria seperti total aset, Price Earning Ratio (PER), dan Free Float.

5. Indeks PEFINDO25, yaitu hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dan lembaga rating PEFINDO. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal, khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (small medium enterprise/SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria seperti Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity/ROE), dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut, faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik juga diperhatikan.

6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI: kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.

7. Indeks Kompas100, yang menggunakan 100 saham pilihan harian kompas.

8. Indeks 30, yaitu indeks 30 saham yang berkapitalisasi besar dan memiliki likuiditas besar, Indeks ini merupakan perampingan dari indeks LQ 45.


Indeks di bursa Amerika sering kali menjadi brenchmark atau tolok ukur pergerakan bursa di negara lain, termasuk negara Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika pagi hari sebelum pasar di buka, sering kali pelaku pasar melihat pergerakan bursa Amerika untuk mengantisipasi pergerakan bursa lokal. Namun tidak jarang indeks di negara Indonesia juga bergerak tidak searah dengan indeks regional. Kejadian ini diesbut anomali. Misalnya ketika Indeks Dow Jones turun tajam, IHSG tidak selalu ikut turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini biasanya terjadi karena faktor penggerak dari dalam negeri lebih berdampak daripada sentimen global.


Sumber: May, Ellen.2013.Smart Trader Rich Investor.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Obligasi

Obligasi adalah surat utang. Membeli obligasi sama dengan meminjamkan uang kepada pihak yang menerbitkan obligasi, yaitu perusahaan atau pemerintah. Perusahaan dan pemerintah menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah besar yang tidak bisa dipenuhi dari akumulasi laba ditahan maupun dari utang bank. Dana tersebut digunakan oleh perusahaan untuk membiayai berbagai keperluan pengembangan usaha. Sementara bagi pemerintah, dana segar yang didapat dari obligasi bisa digunakan untuk membiayai proyek pembangunan, pembayaran defisit APBN, pengembangan perusahaan BUMN, dan lain-lain. Obligasi merupakan investasi paling teraman dibandingkan saham. Obligasi ini memiliki masa jatuh tempo yang lebih dari satu tahun (biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun), maka apabila perusahaan menerbitkan obligasi akan menimbulkan utang obligasi. Utang ini dikelompokkan ke dalam utang jangka panjang.

Dalam UU RI No. 8 tahun1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa obligasi merupakan salah satu jenis efek (surat berharga), dan dalam memperdagangkan obligasi, transaksinya tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tapi harus melaui sebuah lembaga dalam hal ini lembaga jual-beli efek adalah BEI (Bursa Efek Indonesia). Karena sifatnya yang bisa diprjualbelikan, maka setelah melakukan pembelian obligasi, seorang investor dapat menjual obligasinya kemballi di Bursa Efek Indonesia, sehingga investor tersebut tidak lagi berhak atas kupon atau pengembalian poko obligasinya setelah menjualnya.

Dengan membeli obligasi, kita berarti memberi pinjaman kepada pihak yang menerbitkan obligasi. Sebagai seorang kreditur atau pemberi utang, kita (investor) mendapatkan imbal hasil "bunga pinjaman" yang disebut kupon. Kupon adalah suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit obligasi. Imbal hasil obligasi ini tidak hanya berupa kupon, tetapi juga capital gain. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh ketika harga obligasi saat dicairkan lebih tinggi daripada ditawarkan.

Obligasi merupakan investasi paling teraman dibandingkan saham. Jika perusahaan mengalami likuidasi dan kepailitan maka pemegang obligasi dululah yang diutamakan dibandingkan dengan pemgang saham pada saat pembagian aset. Karena dalam sebuah keuangan atau sistem akuntansi pembayaran hutang atau hak orang lain lebih dahulu diutamakan. Dalam setiap obligasi tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang menunjukan jumlah yang harus dibayar perusahaan pada waktu obligasi jatuh tempo. Sedangkan tingkat bunga obligasi menunjukan sejumlah prosentase tertentu yang harus dibayarkan secara periodik kepada pemegang obligasi.


Berdasarkan penerbitnya, obligasi dibagi menjadi obligasi perusahaan dan obligasi pemerintah. Jenis-jenis obligasi pemerintah:
1. Obligasi Rekap, diterbitkan dalam rangka program rekapitalisasi perbankan;
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4. Surat Berharga Syariah Negara atau disebut obligasi syariah atau obligasi sukuk, sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan prinsip syariah.

Berdasarkan Jaminannya, obligasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Secured Bond, obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu yang dimiliki oleh penerbit, atau bisa juga dijaminkan dengan menggunakan pihak ketiga. Jenis obligasi ini masih terbagi menjadi tiga yaitu:
       a. Guaranteed Bond, yaitu obligasi yang dijaminkan oleh pihak ketiga.
       b. Mortgage Bond, yaitu obligasi yang dijaminkan dengan hipotik atau aset tetap.
       c. Collateral Trust Bond, yaitu obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan efek yang                     dimiliki  oleh penerbitnya.
2. Unsecured Bond, yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu yang dimiliki oleh penerbitnya.

Berdasarkan Hak Penukarannya, obligasi dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Convertible Bond, obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan penerbit. Artinya obligasi ini memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengonversikan obligasi yang dipegangnya dengan sejumlah saham milik penerbitnya.
2. Exchangeable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada pemgang obligasi untuk menukar obligasi dengan sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
3. Callable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Putable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

Berdasarkan Sistem Pembayarn Bunganya, obligasi dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Fixed Coupun Bond, yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang tetap sampai dengan obligasi jatuh tempo.
2. Floating Coupun Bond, yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang bervariasi secara periodik mengacu pada tingkat suku bunga instrumen lain, biasanya ditambah dengan premi, contoh SBI+ 3%.
3. Zero Coupon Bond, yaitu obligasi yang tidak mempunyai kupon. Obligasi ini diterbitkan dengan diskon, dan pada saat jatuh tempo akan dibayarkan penuh.

Berdasarkan Segmentasi Pasarnya, obligasi dibagi menjadi antara lain:
1. Bulldog Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Inggris.
2. Matador Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Spanyol.
3. Samurai Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Jepang.
4. Kangaroo Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Australia.
5. Yankee Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Amerika.
6.Maple Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Kanada.
7. Panda Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Tiongkok.
8. Arirang Bond, yaitu obligasi dengan denominasi mata uang Tiongkok.

Investasi pada obligasi memberikan imbal hasil dan memiliki risiko setingkat di atas deposito, namun masih lebih rendah dibandingkan imbal hasil reksadana saham. Jika imbal hasil deposito hanya sekitar 7% per tahun, imbal hasil obligasi berkisar antara 7%-12%. Kupon ORI 1 hingga ORI 9 berkisar dari 6,25% hingga 12,05%. ORI (Obligasi Ritel Indonesia) adalah salah satu jenis obligasi yang dikeluarkan pemerintah.

Membeli obligasi bukannya tanpa risiko. Risiko dari investasi obligasi adalah risiko gagal bayar dan capital loss. Risiko gagal bayar terjadi jika perusahaan gagal membayar utangnya kepada seluruh investor, sedangkan risiko capital loss terjadi jika nilai obligasi saat dicairkan lebih rendah daripada ketika ditawarkan.

Tingkat risiko gagal bayar (default risk) ORI rendah karena dijamin Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (SUN). Namun saat ini imbal hasil / kupon ORI kurang kompetitif dan hanya beda tipis dengan bunga deposito.

Jika membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau emiten tertentu (bukan pemerintah), kita harus cermat karena ada risiko gagal bayar. Untuk menghindari risiko ini, sebainya perhatikan rating obligasinya. Pilih obligasi yang rating-nya AAA (paling bagus), AA, dan A; jangan memilih yang lebih rendah dari BBB.

Sejumlah kasus obligasi gagal bayar bisa menjadi pelajaran  bagi investor reksadana maupun manajer investasi (MI). Contoh gagal bayar antara lain obligasi:
1. PT Berlian Laju Tanker Tbk, menyatakan tidak mampu membayar kupon utang enam seri obligasinya pada bulan februari 2012
2.PT. Davomas Abadi Tbk tidak mampu membayar kupon obligasi 7 Maret 2012.
3. PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), emiten taksi express ini tidak mampu membayarkan kupon obligasi yang seharusnya dibayarkan pada 26 Maret 2018. Perseroan akhirnya menyelesaikan restrukturisasi utang obligasi yang ke dalam bentuk obligasi konversi.
4.Sunprima Nusantara Pembiyaan (SNP Finance), Pada 2018 kasus gagal bayar SNP Finance ramai kendati mulai tercium oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2017. Atas gagal bayar MTN (medium term notes, surat utang jangka menengah), perusahaan multifinance SNP Finance diketahui merugikan hingga sedikitnya 14 triliun rupiah.
5. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), posisi kas dan setara kas perusahaan per tanggal 26 juni 2018 belum memadai untuk membayar bunga obligasi dan sukuk yang jatuh tempo 19 Juli 2018.
6. Jababeka & CO, pasar obligasi mendapat sentimen negatif kabar potensi gagal bayar (default) atas notes atau obligasi anak usaha PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA), Jababeka International BV di Amsterdam.

Sumber:
May, Ellen.2013.Smart Trader Rich Investor.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Pratama, Arie.2019."Nah Ini Dia Dereta Emiten Obligasi yang Gagal Bayar",
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190711115316-20-84159/nah-ini-dia-deretan-emiten-obligasi-yang-gagal-bayar, diakses pada 2 September 2019 Pukul 21:37

DANA DARURAT (EMERGENCY FUND)

Sebenarnya seberapa pentingkah sebuah dana darurat? well, menurut saya dana darurat sangat lah penting. Bagaimana jika terdapat expense yang...